SELAMAT DATANG DI ALAM MAYA ALFIKAR...

Kamis, 24 April 2008

Nabi Ibrahim a.s dan Hegemoni Filsafat Yunani Kuno

Oleh : Alfikar *)

Jika dipersonifikasi, Disiplin Ilmu Filsafat Bisa berkembang ke penjuru dunia atas jasa Iskandar Dzulqarnain atau Alexander The Greats, murid kesayangan Aristoteles yang kemudian menjadi seorang raja yang mempunyai wilayah kekuasan sangat luas, pada saat Alexander melakukan ekspansi besar-besaran, pada saat itu pula ia menyebarkan ajaran-ajaran dari gurunya ketika ia di Yunani biasanya penyebaran ini dinamakan dengan istilah hellenisme, syahdan, filsafat kemudian berkembang dan Yunani-lah yang dikenal sebagai peletak dasar filsafat.

Hampir setiap ilmuwan atau Filsuf memiliki pandangan tersendiri dalam mendenisikan filsafat, saking banyaknya definisi membuat Muhammad Hatta menganjurkan untuk terlebih dahulu mempelajari filsafat setelah itu baru mendenisikan sendiri tentang filsafat, namun demikian mayoritas filsuf sepakat bahwa filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata Philo yang artinya cinta dan Shopia yaitu kebijaksanaan, jadi secara etimologis filsafat bisa didefinisikan sebagai “mencintai kebijaksanaan”. Filsafat sering diidentikan dengan ritual atau kegiatan berpikir yang sangat radikal, kegiatan tersebut dilakukan demi mendapatkan sebuah kebijaksanaan, ini menjadi pertanyaan ketika sosok seorang Ibrahim alaihi al-salam disingkirkan dari daftar nama filsuf pra Socrates karena sebelum kemunculan filsuf pra Socrates seperti Thales, Anaximander, Heralictus dan filsuf-filsuf lainnya seorang Ibrahim telah lahir dan melakukan ritual berpikir yang radikal, Ibrahim melakukan ini sebagai bentuk reaksi dari beberapa fenomena yang muncul dari kegiatan masyarakat pada waktu itu yang dianggapnya janggal dan tidak rasional. Dalam melakukan filsafatnya, hanya satu yang menjadi tujuan Ibrahim yakni mengetahui sosok yang agung dan layak disembah, yakni Tuhan. Ketika Ibrahim menyaksikan kedigdayaan matahari yang bisa menyemburkan cahayanya yang sangat dahsyat, ia meyakini bahwa yang patut disembah adalah matahari karena ia memiliki kekuatan cahaya yang tiada bandingannya, tetapi beberapa jam kemudian Ibrahim kecewa karena ternyata kehebatan cahaya yang diberikan matahari pada akhirnya melemah dan kemudian menghilang, rupanya Ibrahim tidak menyerah begitu saja karena sesaat kemudian ketika ia menyaksikan keperkasaan rembulan diantara deretan bintang-gemintang ia kembali mmpercayai bahwa rembulan layak untuk disembah, tetapi lagi-lagi ia dikecewakan ketika ternyata kekuatan rembulan yang disembahnya tersebut hanya mampu bertahan beberapa jam saja, sampai pada akhirnya ia menyimpulkan bahwa yang patut disembah adalah pencipta dari matahari dan rembulan tersebut, yakni Allah Swt. Apa yang telah dilakukan oleh Ibrahim dan diabadikan dalam Alquran tersebut menunjukan bahwa ia layak dinobatkan sebagai filsuf pra Socrates.

Nabi Ibrahim memang tidak masuk dalam literatur filsafat pra Socrates, secara spekulatif ini bisa disebabkan oleh beberapa alasan, pertama, Ibrahim bukan penduduk Yunani, konon ia adalah penduduk Irak, sehingga sangat wajar jika namanya tidak dimsukan dalam jajaran nama filsuf Yunani kuno. Kedua, Ibrahim tidak meninggalkan jejak atau karya dalam bentuk tulisan yang monumental, sehingga wajar jika ia dilupakan begitu saja oleh para filsuf setelahnya. Ketiga, apa yang telah dilakukan oleh Ibrahim hanya direkam di dalam Alquran, dan kita tahu bahwa Alquran turun ketika filsafat Yunani telah berkembang.

Terlepas dari itu semua yang jelas filsafat telah muncul sebelum Yunani melahirkan sederetan nama panjang para Filsuf, hanya saja pada saat itu belum dikemas secara sistematis, bukti dari kemunculan filsafat tersebut adalah ritual atau kegiatan berpikir radikal yang dilakukan oleh Ibraim dalam mencari Tuhannya, namun sayangnya rekaman tersebut baru muncul ketika filsafat telah berkembang, sehingga nama Ibrahim tidak masuk dalam kategori filsuf pra Socrates.

*) Mahasiswa UIN Jakarta-

Koordinatoor FS-M@kar-

Sekjend KEMBANG JAYA

(Keluarga Mahasiswa Kabupaten Subang Jakarta Raya)